PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNA GRAHITASTUDI KASUS TUNAGRAHITA SLB C KUNTUM MEKAR 02

Abstract

Anak berkebutuhan khusus ialah anak yang dimana dilahirkan dengan keterbatasan khusus yang membedakan anak kebutuhan khusus dengan anak pada umumnya, sehingga anak kebutuhan khusus tersebut membutuhkan pelayanan dan bimbingan khusus. keterbelakangan mental berarti menunjukkan keterbatasan dalam fungsi intelektual yang ada di bawah rata-rata, dan keterbatasan pada dua atau lebih keterampilan adaptif seperti berkomunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang, dll. Keadaan ini nampak sebelum usia 18 tahun (Suharmini, 2007: 67). Anak dengan hambatan kecerdasan sudah tentu dia adalah penyandang tunagrahita. Anak dengan tunagrahita mempunyai kecendrungan kurang peduli terhadap lingkungannya, baik dalam keluarga ataupun lingkungan sekitarnya. Pada umumnya, masyarakat mengenal anak tunagrahita sebagai retardasi mental atau keterbelakangan mental atau idiot. Sebagai mana yang kita ketahui penanganan anak tunagrahita tidak dipahami secara mendalam kepada orangtua dan lembaga atau sekolah khusus anak tunagrahita. Salah satunya adalah penyediaan sarana dan prasarana ruang belajar sebagai proses belajar-mengajar sekaligus terapi bagi anak tunagrahita yang masih belum sesuai dengan kebutuhan mereka. Ruang belajar ini penting dan perlu diperhatikan demi perkembangan anak tunagrahita. Seberapa jauh pola penataan dan perwujudan fisik interior ruang belajar yang dihadirkan telah memenuhi persyaratan kebutuhan bagi anak tunagrahita pada Sekolah Luar Biasa (SLB). Pola tata ruang dan elemen pembentuk ruang yang cocok bagi ruang belajar agar sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita dan dapat membantu proses pembelajaran dan pemandirian diri secara maksimal. Kata Kunci : Anak Kebutuhan Khusus, Tunagrahita, Ruang Belajar